Saturday, November 21, 2015

Kelingking

Hari ini, kukenakan sepatu balet hitamku, dan aku adalah angsa hitam dalam Swan lake. Besok, mungkin aku adalah Bjork dalam Dancers in the dark. Di hari lain aku adalah justin timberlake dalam mirror, atau kadang christina aguilera dalam genie in the bottle. Kadang aku hanya berdiri kaku seperti pohon mendengarkan teriakan Rihanna.

Aku suka menari. Kalimat ini terdengar sangat feminin. Tidak apa, karena saya suka menari. Saya tidak perlu pembenaran pada kalimat itu. Menari, menggerakkan tubuh, tangan, kaki, jemari, dari kepala sampai kaki, dari jempol sampai kelingking. Tapi bukan hanya tubuh yang kurasakan bergerak. Jiwaku pun bergerak, mengikuti irama musik. Sepertinya ada hubungan antara musik dan jiwa dengan tubuh sebagai jembatannya. Kadang dengan hanya memiringkan tubuh ketika mendengarkan musik, kurasakan jiwaku bergerak, bergembira. Menari adalah jendela jiwaku. Tarianku bukan tari Bali, salsa atau flamenco. Mungkin tidak berbentuk indah, tapi itulah aku. Tarianku adalah curahan isi hatiku, saluran gelisah jiwaku, obat sakit jiwaku. Aku tanpa tarianku mungkin sama dengan depresi. Setelah menari aku bisa tersenyum kembali, mencoba untuk menjadi kuat lagi.



-Indra Sahril-
051115
Giggle Box
CS Bandung Writers' Club 6th Meeting

Voted as 2nd favorite story of the night

No comments:

Post a Comment